Beranda » Mengadaptasi Asynchronous Communication di Era New Normal

Mengadaptasi Asynchronous Communication di Era New Normal

by Iwan

MediaSorotan.com- Digitalisasi yang semakin banyak diterapkan di berbagai bidang, mengubah metode komunikasi yang selama ini kita ketahui. Dengan cara belanja yang marak menggunakan e-commerce dan cara bekerja remote-working yang mulai banyak diadaptasi oleh perusahaan, komunikasi secara langsung (synchronous communication) kini tidak bisa lagi menjadi satu-satunya metode komunikasi.

Metode komunikasi lain yang sekarang banyak digunakan dalam proses digitalisasi adalah asynchronous communication atau komunikasi secara tidak langsung. Asynchronous communication adalah sebuah cara komunikasi yang lebih terbuka melalui channel-channel digital. Secara waktu, asynchronous communication lebih fleksibel karena tidak mengharuskan jawaban secara langsung.

Beberapa contoh asynchronous communication yang sudah banyak digunakan adalah media sosial, fitur chat di platform e-commerce, dan e-mail. Devin Agasi Adar Napitupulu, Talent Acquisition Team Lead Niagahoster, menjelaskan, asynchronous communication lebih efektif secara waktu karena tidak membutuhkan respon instan. Penerima pesan bisa membalasnya di waktu yang tepat ketika tidak ada hal penting lain yang sedang dia lakukan.

“Asynchronous communication juga memberikan kita waktu lebih banyak untuk berpikir secara strategis sebelum memberikan jawaban pada setiap pertanyaan yang kita terima. Sehingga risiko adanya kesalahan menjawab lebih kecil,” ujar Devin.

Namun, kekurangan dari asynchronous communication dibandingkan dengan komunikasi secara langsung atau face-to-face adalah tentunya kita tidak akan mendapatkan respon secara real-time dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Dalam situasi tertentu, asynchronous communication bisa dipadukan dengan synchronous communication untuk bisa mendapatkan direct feedback.

Memahami Saat yang Tepat untuk Menggunakan Asynchronous Communication

Asynchronous communication masih belum bisa diterapkan sepenuhnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun kita bisa memadukannya dengan komunikasi secara langsung untuk pengalaman komunikasi yang lebih maksimal.

Untuk kebutuhan seperti pengumuman, menjaring ide atau saran, serta feedback atas suatu kegiatan, kita bisa menggunakan asynchronous communication. Begitu juga untuk kebutuhan membuat rencana jangka panjang bersama tim yang membutuhkan waktu lebih panjang untuk dirumuskan. Tentunya kita tidak bisa melakukannya hanya dengan komunikasi secara langsung karena akan menghabiskan terlalu banyak waktu.

Namun untuk kebutuhan yang lebih darurat dan membutuhkan respon cepat, asynchronous communication tidak bisa digunakan. Begitu pula jika ingin membahas isu yang kompleks dan harus segera diselesaikan.

Tapi ketika manusia sudah semakin beradaptasi dengan digitalisasi, bukan tidak mungkin cara komunikasi asynchronous akan lebih banyak digunakan di masa depan. Apalagi karena asynchronous communication membuat jarak menjadi tidak berarti dan komunikasi secara tidak langsung akan semakin diminati karena memudahkan kehidupan. Manusia akan semakin nyaman untuk menerapkan work from anywhere atau melakukan transaksi dan shopping dari mana saja di dunia.

Devin menjelaskan ada beberapa tools yang bisa digunakan untuk asynchronous communication. “Antara lain ada Slack, Telegram, Zoom, Google Meet, Google Docs, Google Sheets, Mindmeister, Airtable, dan Dropbox,” tutup Devin.

You may also like

Leave a Comment