HarianBisnis.id-PepsiCo Indonesia langsung tancap gas dalam isu keberlanjutan sejak tahun pertama operasional.
Perusahaan mulai terapkan Extended Producer Responsibility (EPR) dengan menggandeng Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), IPRO, dan Bali Waste Cycle (BWC).
Dalam media briefing “Towards Circularity” pada Senin (26/8), PepsiCo ajak pemerintah, swasta, dan pelaku daur ulang untuk perkuat sistem pengelolaan kemasan pascakonsumsi di Indonesia.
Gabrielle Angriani Johny, Direktur Government Affairs and Corporate Communications PepsiCo Indonesia, menyatakan perusahaan mulai mengumpulkan dan mendaur ulang kemasan Lay’s, Cheetos, dan Doritos sejak pertengahan 2025.
PepsiCo juga gunakan listrik terbarukan, kelola air efisien, dan tangani limbah produksi sesuai standar di pabrik Cikarang.
Gabrielle perkenalkan strategi PepsiCo Positive (pep+) untuk tanamkan prinsip keberlanjutan dari hulu ke hilir.
Perusahaan ikut Business Coalition for a Global Plastics Treaty untuk dorong solusi global soal plastik. PepsiCo menggandeng IPRO perkuat sistem pengumpulan dan daur ulang plastik multilayer (MLP).
General Manager IPRO, Reza Andreanto, sebut IPRO sudah kumpulkan lebih dari 19 ribu ton sampah terpilah, termasuk 1.917 ton MLP sepanjang 2021–2024. IPRO hubungkan industri, pengumpul, dan pendaur ulang agar material pascakonsumsi kembali ke siklus ekonomi.
KLH melalui Agus Rusly, Direktur Pengurangan Sampah dan Ekonomi Sirkular, apresiasi kolaborasi ini dan sebut dukungan sektor swasta krusial untuk pengurangan sampah nasional.
Direktur BWC, Olivia Anastasia Padang, ungkap BWC olah MLP jadi produk berguna seperti furnitur dan kaki palsu bagi penyandang disabilitas. Dukungan PepsiCo lewat program Greenhouse Accelerator bantu perluas dampak dan kapasitas BWC.
Lewat inisiatif ini, PepsiCo Indonesia tegaskan komitmen bangun sistem pengelolaan sampah inklusif, adil, dan berdampak. Perusahaan harap kolaborasi dorong perubahan nyata menuju ekonomi sirkular di Indonesia.